Global Estetik – Setiap makanan atau minuman yang Anda minum akan bersentuhan dengan gigi Anda, yang berarti pilihan-pilihan itu secara terus-menerus akan berdampak pada kesehatan gigi dan gusi Anda. Banyak makanan mulai dari makanan bergula, olahan, dan minuman hingga makanan yang sangat asam sebenarnya dapat menggerogoti enamel gigi dan menyebabkan gigi berlubang. Jadi, akan sangat krusial penting untuk fokus pada makan makanan sehat yang juga membantu meningkatkan kesehatan mulut.
Hindari Makanan yang Asam
Meski makan produk segar seperti jeruk dan tomat adalah bagian penting dari diet sehat, buah-buahan jeruk dan jenis buah tertentu lainnya bersifat asam, yang dapat mempengaruhi enamel gigi Anda. Cobalah mengonsumsinya dengan makanan sebagai lawan dari memakan mereka sendiri sehingga mereka cenderung tidak membahayakan gigi Anda. Ingatlah bahwa buah-buahan asam dalam bentuk lain seperti jus lemon dan cranberry jelly masih bersifat asam.
Waspadai Minuman yang dapat Merubah Warna Gigi
Minuman tertentu, seperti kopi, teh, dan anggur merah, kemungkinan akan menodai gigi Anda. Itu karena mereka mengandung pigmen warna yang disebut kromogen, yang menempel dan menodai enamel gigi. Itu tidak berarti Anda tidak akan pernah bisa menikmati secangkir kopi di pagi hari atau segelas anggur dengan makan malam – cukup minum banyak air setelahnya untuk membantu menghilangkan sifat-sifat pewarnaan gigi ini.
Makanlah dengan Diet Seimbang
Kami merekomendasikan untuk mengonsumsi makanan seimbang yang mencakup sayuran, buah, biji-bijian, protein tanpa lemak seperti ikan atau kacang-kacangan, dan produk susu untuk membantu menjaga kesehatan gigi Anda. Mengkonsumsi beragam makanan sehat ini dapat membantu Anda mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesehatan mulut.
Makan Makanan Anti-Inflamasi
Diet anti-inflamasi berkorelasi dengan gusi yang lebih sehat dan mengecilnya potensi kerusakan pada gigi. Menurut penelitian yang diterbitkan pada Juni 2017 dalam jurnal Clinical Nutrition makan makanan tertentu, seperti lemak jenuh dan makanan olahan, berkontribusi terhadap peradangan. Partisipan dalam penelitian dianggap mengikuti diet pro-inflamasi jika diet mereka sangat kaya karbohidrat, trans-lemak, atau memiliki asupan kalori tinggi secara keseluruhan.