Global Estetik – Puasa di bulan Ramadhan melibatkan proses menahan diri dari keinginan untuk makan dan minum selama siang hari sepanjang bulan. Periode yang diikuti dengan Idul Fitri ini seharusnya mengajarkan kita untuk terus disiplin dan memberi kesadaran sosial satu sama lain.
Dan meski untuk kita yang telah terbiasa berpuasa aturan selama bulan Ramadhan tidak terlalu membebani kita, namun dari kacamata mereka yang non-muslim atau mereka yang baru mendapatkan hidayah untuk memeluk aga Islam, berpuasa adalah salah satu tantangan yang berat dengan sederet cara untuk melakukannya yang sangat ketat, dan hanya dikecualikan pada masalah kesehatan atau usia Anda.
Seperti yang kita ketahui, selama berpuasa kita tidak dibolehkan minum air – bahkan dalam beberapa pandangan, berkumur pun dianggap dapat membatalkan – dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Lantas, akan muncul pertanyaan apakah ini berarti mereka yang berpuasa tidak boleh menyikat gigi atau menggunakan obat kumur?
Sebuah media di Inggris bahkan menyiapkan satu headline khusus untuk membahas tentang bisakah kita untuk menggunakan obat kumur atau pasta gigi selama bulan Ramadhan?
Sebenarnya, tidak ada jawaban yang jelas di sini. Beberapa ulama percaya bahwa menyikat gigi dan berkumur dengan obat kumur saat matahari akan baik-baik saja selama Anda tidak menelan pasta gigi atau obat kumur tersebut.
Namun beberapa ulama yang lain merasa tidak nyaman dengan praktik ini dan memilih untuk menghindarinya serta lebih memilih untuk menyikat gigi mereka dengan ranting miswak berserat halus yang disebut siwaak. Miswak ini telah menjadi salah satu yang telah ditekankan oleh Nabi Muhammad ﷺ dalam penggunaannya untuk membersihkan gigi.
Aturan puasa berasal dari Al-Quran dan seiring bertambahnya variable dalam dunia kesehatan gigi, translasi dari para ulama telah berbeda dalam hal ini. Dalam sebuah riwayat, paman dari Nabi Muhammad ﷺ bernama Ibnu Abbas, diketahui telah memungkinan orang untuk mencicipi makanan asin sambil berpuasa dengan menempatkannya di ujung lidah. Pada akhirnya, hal ini benar-benar tergantung pada bagaimana sesorang tertentu ingin menafsirkan aturan Ramadhan. Wallahu a’lam
Komentar Terbaru